Mulai belajar bahasa Arab dari Al-Qur’an (Bagian 1)
Bahasa Arab
bagi orang Indonesia adalah bahasa asing namun dekat. Disebut asing karena
bahasa utama kita adalah bahasa Indonesia dilengkapi dengan bahasa daerah
sebangai bahasa kedua. Disebut dekat karena dalam kehidupan sehari-hari orang
Indonesia yang muslim menggunakan bahasa Arab minimal 5 kali, yaitu dalam
salat. Akan tambah sering lagi kalau ditambah shalat sunnah dan tilawah.
Walaupun
dekat, bahkan dekatnya dalam ruang-ruang sakral, banyak dari muslim Indonesia
yang tidak merasa penting untuk belajar bahasa Arab. Kalau dipikir lucu juga,
kita berdialog dengan Allah tapi gak tau apa aja sih yang kita bicarakan
dengan-Nya padahal sehari bisa sampai lebih dari lima kali ‘ngobrol’.
Lebih dari
seratus tahun yang lalu RA Kartini pernah berkomentar tentang kondisi ini dalam
suratnya pada Stella Zihandelaar yang tertanggal 16 November 1899:
“Aku
pikir, adalah gila orang diajar membaca (Al-Qur’an, -pen) tapi tidak diajar
makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa
Inggris, tapi tidak memberi artinya.”
Juga
celetukan Diego Miguel dalam acara “Don’t Tell My Mother” di saluran kabel
National Geographic dalam episode yang meliput Pakistan “Kenapa kalian (muslim)
menghapalkan sesuatu padahal gak tau artinya” lalu dijawab oleh seorang ustadz
“Ya, Al-quran itu keajaiban. Tanpa tau artinya pun anak-anak (pesantren) di sini
bisa menghapal 30 juz nya”
Komentar RA
Kartini dan Miguel ada benarnya. Jika kita pikirkan lagi tentang ini kita
mungkin heran kenapa mayoritas orang merasa santai saja atas kebutaannya
terhadap bahasa Arab, padahal bahasa Arab dan kegiatan ibadah sangat erat.
Kadang, kita gemas dan bete ketika menonton video (yang menurut kita) penting
di Youtube dalam bahasa asing dan tidak ada subtitelnya. Kenapa kita bisa
merasa demikian untuk hal-hal lain padahal dalam sholat kita cuek saja komat
kamit tanpa paham?
Sikap muslim
yang seperti itu disebabkan ketidaktahuannya bahwa ia harus tahu. Ketika kecil
kita terbiasa melihat orang tua, guru ngaji dan teman-teman kita tidak bisa
bahasa Arab sehingga kita merasa hal itu wajar. Sikap yang dimiliki mayoritas
orang kecenderungannya memang dianggap wajar. Apalagi didukung dengan sikap negara
yang sekuler. Tidak ada kan, pelajaran bahasa Arab di sekolah umum. Dalam
pelajaran Agama juga tidak pernah didorong untuk mengerti bacaan sholat kita.
Ujian agama hanya hapalan saja.
Namun, seiring
dengan perkembangan dakwah Islam di Indonesia. Maraknya kajian keislaman dan
halqah-halqah kesadaran muslim Indonesia untuk bisa bahasa Arab semakin tinggi.
Minimal udah ada kepengenan bisa.
Alhamdulillah,
sekarang sudah banyak penerbit yang menerbitkan Al-quran dengan terjemahan per
kata dan per frasa, melengkapi terjemahan per Ayat yang sudah populer
sebelumnya. Dengan Al-Quran jenis ini kita bisa mulai belajar bahasa Arab, walau baru kosakatanya saja.
Jika tekun dan konsisten insya Allah kosakata bahasa Arab kita akan bertambah.
Kaya
kosakata bahasa Arab memang tidak akan menjadikan kita bisa bahasa Arab secara
otomatis. Namun hal itu akan sangat membantu ketika kita belajar tata bahasa
Arab yang biasa disebut nahwu dan sharaf.
[Bersambung]