Wednesday, June 11, 2014

Ada sekitar 7 milyar manusia hidup di bumi dan menurut data dari census.gov jumlah laki-laki 50 juta lebih banyak dari pada perempuan. Semilyar lebih beragama Islam yang tersebar di berbagai sudur bumi.

Bagi saya dengan populasi manusia sebanyak ini perkara jodoh semakin menjadi misteri. Dulu, pas zamannya nabi Adam baru punya 4 anak dengan siapa Qabil dan Habil menikah cuma ada satu pilihan. Kalau sekarang, ada semilyar pilihan!

Sekarang, pilihan yang banyak ini memungkinkan kita untuk memasang berbagai kriteria. Misal, calon pasangan mesti shalih, ganteng, kaya, berpendidikan, humoris dan lain lainnya. Apapun kriteria yang kita inginkan, selama itu masih manusiawi, saya pikir pasti ada (sese)orang dari 7 milyar lebih umat manusia yang memilikinya. Masalah selanjutnya adalah mengetahui di mana mereka. Sialnya, dengan populasi sepadat ini kadang mencari seseorang dengan kriteria yang kita inginkan seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami yang ada di gudang jerami.

Kalau beruntung kadang kita memang menemukannya, lalu muncul masalah berikutnya “how to reach him/her?”. Maksudnya begini, kadang kita menemukan seseorang yang ideal bagi kita berada di tempat yang jauh dari jangkauan. Bukan jauh tempatnya tapi jangkauannya. Contoh, seseorang yang menganggap NabilahJKT48 sebagai calon ideal untuk menjadi istrinya tentu harus mikir gimana caranya biar Nabilah kenal sama dia. Walaupun sama-sama tinggal satu kota, tapi Nabilah di luar jangkauan lelaki kebanyakan. Itu baru mikirin gimana caranya supaya kenal, untuk melamar pasti lebih ribet lagi. Contoh yang saya ambil ekstrim ya? Haha… Maaf ya Nabilah. :P

Selain itu, sebagai muslim yang terikat pada aturan Islam tentunya kita tahu bahwa Islam mengatur dengan ketat interaksi antara laki-laki dan perempuan. Efek sampingnya adalah seorang laki-laki tentu tidak punya kenalan luas di jamaah nisaa (perempuan), vice versa. Ini menjadi tantangan tersendiri dalam mencari pasangan hidup.

Apalagi jaman sekarang saya jaraaang banget saya menemukan wali yang aktif mencarikan suami untuk anak perempuannya. Padahal seorang wali alias bapak pergaulannya kan dengan laki-laki, tentu dia kenal laki-laki lebih banyak dari pada anak perempuannya. Dan tentunya bapaklah yang bisa bertanya tanpa rasa kikuk ke laki-laki lain apakah dia sudah siap menikah atau belum.

Jika kita memperhatikan hadits, rasul sering mendorong wali untuk menikahkan anak perempuannya dengan pria yang bener. Bahkan diiming-imingi bisa masuk surga dari pintu mana saja jika berhasil mendidik anak-anak perempuannya dan menikahkannya dengan pria yan shalih. Tapi, jarang saya – bahkan kalau diingat –ingat belum pernah tuh sejauh ini – nemu wali yang proaktif mencarikan pria shalih bagi anak perempuannya.  Kalau nanya kapan nikah sih kayaknya sering. Sekalinya baca tentang wali yang proaktif mencarikan pasangan untuk anaknya, sang wali malah mengabaikan keridhoan sang anak. Hm…

Ujung-ujungnya ‘tugas’ untuk mencari pasangan hidup ada dipundak setiap manusia single yang mau menikah (bagi yang gak pengen nikah tentu gak mikirin ini ya). Brengseknya lagi, menjaga kehormatan dan kemuliaan dengan menjombo sekarang ini tidak mudah, bahkan cenderung menjerumuskan diri pada fitnah.

Ulama zaman dulu banyak yang gak nikah, yes? Tapi inget mereka hidup di zaman di mana pornografi dan pornoaksi BUKAN industri, dan tidak bayak fitnah antara laki-laki dan perempuan di masyarakat. Kalau sekarang? Udah gak usah dijawab, kita udah sama-sama tahu.

Solusinya?

Memilih jomblo atau menikah sama-sama sulitnya. Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Untuk kalian yang hendak menikah, teguhkanlah hati untuk mulai berikhtiar (berusaha) untuk mendapatkan pasangan dengan jalan yang halal, biar hasilnya diberkai oleh Allah swt. Pacaran is big no no dalam Islam. Ketatnya Islam dalam mengatur hubungan pria dan wanita ajnabi (asing) semata-mata agar kehormatan dua jenis manusia ini sama-sama terjaga. Percaya deh aturan Allah itu untuk melanggengkan sisi kemanusiaan kita.

Jika ada seseorang yang kalian kagumi agamanya dan masih avaiable, lamarlah. Dorongan ini bukan hanya untuk laki-laki, tapi perempuan juga. Seperti kisah di bawah ini:

Ahmad bin Abi al-Hawari adalah seorang ulama ahli ibadah. Ia pernah dilamar oleh seorang wanita bernama Rabi’ah, yang juga ahli ibadah. Namun, Ahmad menolak lamarannya, “Demi Allah, aku tidak memiliki minat terhadap wanita karena kesibukanku terhadap kondisi diriku sendiri.”

Rabi’ah pun menjawab, “Demi Allah, aku lebih sibuk terhadap diriku sendiri draipada engkau. Hanya saja, aku memiliki harta banyak, peninggalan suamiku. Aku ingin membelanjakan harta itu untuk saudaraku ahli ibadah sehingga bisa menjadi jalanku menuju Allah.”

Ahmad pun meminta waktu untuk meminta izin kepada guru beliau. Sang guru menjawab, “Nikahilah ia. Sesungguhnya ia adalah wali Allah. Perkataannya adalah perkataan parasiddiqin.”

Akhirnya, Ahmad menikahi Rabi’ah, bukan karena hartanya, tetapi karena Rabi’ah adalah wali Allah, sebagaimana kata gurunya. Tak hanya menikahi Rabi’ah, Ahmad juga menikahi tiga wanita shalihah lainnya semata-mata sebagai sarana taqarrub kepada Allah. Rabi’ah memperlakukan Ahmad dengan baik. Ia biasa memberikan makanan-makanan yang lezat kepada suaminya itu sembari berkata, “Pergilah dengan aktivitas dan tenagamu kepada para istrimu.” (Thabaqat al-Awliya’, hlm. 26).


Ikhtiarlah, jangan bepangku tangan. Karena menikah itu ibadah dan berusaha untuk menunaikan ibadah itu adalah ibadah juga.

Ikhlaslah, jodoh itu di tangan Allah. Sungguh, sebagian kalian mungkin sudah merasakan keajaiban bagaimana Allah mengatur perkara jodoh ini. Dia punya rencana-Nya sendiri untuk memasangkan kita dengan salah satu dari 7 milyar manusia. Banyak-banyaklah berdoa agar Allah merizkikan pada kita pasangan yang menentramkan hati (qurrota ‘ayun)

Last but not least, sebagai seorang muslim yang dipersaudarakan oleh darah aqidah tentunya kita mesti saling menolong urusan satu sama lain, bukan begitu? Termasuk untuk urusan yang disebut ‘setengah agama’ ini.

Bagi yang sudah menikah tentu bisa membantu mencarikan pasangan untuk teman-temannya yang hendak menikah. Suami bisa menanyakan ke istrinya siapa teman-teman istri yang sudah siap untuk taaruf lalu dikenalkan ke teman suami yang lagi mencari pasangan. Begitu juga sebaliknya. Jadi, pasutri jangan cuek bebek aja lihat temennya ‘menyendiri’ ulurkan tangan untuk membantunya menemukan pasangan hidup.

Sebagai penutup mungkin perlu saya tekankan lagi bahwa lika-liku mencari pasangan hidup mesti kita jalanin sesuai dengan perintah Allah swt, apalagi menikah itu sendiri adalah perintah Allah, masa proses menuju ke sana tidak sesuai dengan perintah-Nya?



6 comments

dan terkadang ada jalan yang tak terduga...

REPLY

Jaman yang berbeda, bikin pemikiran juga makin maju. Tapi yang penting selalu ingat apa yang Allah perintahkan. Salam :)

REPLY

Bener banget! :)

REPLY

pantaskan diri utk sang jodoh yang terbaik sampai masanya tiba, yakin bahwa jodohmu tak kan tertukar :)

REPLY

Ah, membahas jodoh, masih jauh sekali umurku utk menuju kesana. Terimakasih atas pengetahuannya ya, kak!

Btw, baca nama kakak, aku keingat sahabatku yg di Jakarta yg namanya juga Frida. :3

REPLY

Mumpung masih jauh dek, siapin ilmu dari sekarang. Ilmu apa ya? Hm... kalau kamu muslim penting untuk ngerti batas-batas interaksi antara pria dan wanita dalam Islam. Ini akan kepake dalam proses menuju ke sana dan mempertahannkan rumah tangga. :)

Ohya? Padahal nama Frida itu jarang loh. Btw, thanks for reading my post.

REPLY

Cerita-cerita Frida Designed by Frida Nurulia