Tentang Jodoh, Misterinya dan Ikhtiarnya
Ada sekitar 7 milyar manusia hidup di bumi dan menurut data
dari census.gov jumlah laki-laki 50 juta lebih banyak dari pada perempuan.
Semilyar lebih beragama Islam yang tersebar di berbagai sudur bumi.
Bagi saya dengan populasi manusia sebanyak ini perkara jodoh
semakin menjadi misteri. Dulu, pas zamannya nabi Adam baru punya 4 anak dengan
siapa Qabil dan Habil menikah cuma ada satu pilihan. Kalau sekarang, ada
semilyar pilihan!
Sekarang, pilihan yang banyak ini memungkinkan kita untuk
memasang berbagai kriteria. Misal, calon pasangan mesti shalih, ganteng, kaya,
berpendidikan, humoris dan lain lainnya. Apapun kriteria yang kita inginkan, selama
itu masih manusiawi, saya pikir pasti ada (sese)orang dari 7 milyar lebih umat manusia
yang memilikinya. Masalah selanjutnya adalah mengetahui di mana mereka.
Sialnya, dengan populasi sepadat ini kadang mencari seseorang dengan kriteria
yang kita inginkan seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami yang ada di
gudang jerami.
Kalau beruntung kadang kita memang menemukannya, lalu muncul
masalah berikutnya “how to reach him/her?”. Maksudnya begini, kadang
kita menemukan seseorang yang ideal bagi kita berada di tempat yang jauh dari
jangkauan. Bukan jauh tempatnya tapi jangkauannya. Contoh, seseorang yang
menganggap NabilahJKT48 sebagai calon ideal untuk menjadi istrinya tentu harus
mikir gimana caranya biar Nabilah kenal sama dia. Walaupun sama-sama tinggal
satu kota, tapi Nabilah di luar jangkauan lelaki kebanyakan. Itu baru mikirin
gimana caranya supaya kenal, untuk melamar pasti lebih ribet lagi. Contoh yang
saya ambil ekstrim ya? Haha… Maaf ya Nabilah. :P
Selain itu, sebagai muslim yang terikat pada aturan Islam
tentunya kita tahu bahwa Islam mengatur dengan ketat interaksi antara laki-laki
dan perempuan. Efek sampingnya adalah seorang laki-laki tentu tidak punya
kenalan luas di jamaah nisaa (perempuan), vice versa. Ini menjadi tantangan
tersendiri dalam mencari pasangan hidup.
Apalagi jaman sekarang saya jaraaang banget saya menemukan
wali yang aktif mencarikan suami untuk anak perempuannya. Padahal seorang wali
alias bapak pergaulannya kan dengan laki-laki, tentu dia kenal laki-laki lebih
banyak dari pada anak perempuannya. Dan tentunya bapaklah yang bisa bertanya
tanpa rasa kikuk ke laki-laki lain apakah dia sudah siap menikah atau belum.
Jika kita memperhatikan hadits, rasul sering mendorong wali
untuk menikahkan anak perempuannya dengan pria yang bener. Bahkan
diiming-imingi bisa masuk surga dari pintu mana saja jika berhasil mendidik
anak-anak perempuannya dan menikahkannya dengan pria yan shalih. Tapi, jarang
saya – bahkan kalau diingat –ingat belum pernah tuh sejauh ini – nemu wali yang
proaktif mencarikan pria shalih bagi anak perempuannya. Kalau nanya kapan nikah sih kayaknya sering. Sekalinya baca tentang wali yang proaktif mencarikan pasangan untuk anaknya,
sang wali malah mengabaikan keridhoan sang anak. Hm…
Ujung-ujungnya ‘tugas’ untuk mencari pasangan hidup ada
dipundak setiap manusia single yang mau menikah (bagi yang gak pengen nikah
tentu gak mikirin ini ya). Brengseknya lagi, menjaga kehormatan dan kemuliaan
dengan menjombo sekarang ini tidak mudah, bahkan cenderung menjerumuskan diri
pada fitnah.
Ulama zaman dulu banyak yang gak nikah, yes? Tapi inget
mereka hidup di zaman di mana pornografi dan pornoaksi BUKAN industri, dan
tidak bayak fitnah antara laki-laki dan perempuan di masyarakat. Kalau
sekarang? Udah gak usah dijawab, kita udah sama-sama tahu.
Solusinya?
Memilih jomblo atau menikah sama-sama sulitnya. Lalu apa
yang bisa kita lakukan?
Untuk kalian yang hendak menikah, teguhkanlah hati untuk
mulai berikhtiar (berusaha) untuk mendapatkan pasangan dengan jalan yang halal,
biar hasilnya diberkai oleh Allah swt. Pacaran is big no no dalam Islam. Ketatnya
Islam dalam mengatur hubungan pria dan wanita ajnabi (asing) semata-mata agar
kehormatan dua jenis manusia ini sama-sama terjaga. Percaya deh aturan Allah
itu untuk melanggengkan sisi kemanusiaan kita.
Jika ada seseorang yang kalian kagumi agamanya dan masih
avaiable, lamarlah. Dorongan ini bukan hanya untuk laki-laki, tapi perempuan
juga. Seperti kisah di bawah ini:
Ahmad bin Abi
al-Hawari adalah seorang ulama ahli ibadah. Ia pernah dilamar oleh seorang
wanita bernama Rabi’ah, yang juga ahli ibadah. Namun, Ahmad menolak lamarannya,
“Demi Allah, aku tidak memiliki minat terhadap wanita karena kesibukanku
terhadap kondisi diriku sendiri.”
Rabi’ah pun menjawab, “Demi Allah, aku lebih
sibuk terhadap diriku sendiri draipada engkau. Hanya saja, aku memiliki harta
banyak, peninggalan suamiku. Aku ingin membelanjakan harta itu untuk saudaraku
ahli ibadah sehingga bisa menjadi jalanku menuju Allah.”
Ahmad pun meminta waktu untuk meminta izin
kepada guru beliau. Sang guru menjawab, “Nikahilah ia. Sesungguhnya ia adalah
wali Allah. Perkataannya adalah perkataan parasiddiqin.”
Akhirnya, Ahmad menikahi Rabi’ah, bukan karena
hartanya, tetapi karena Rabi’ah adalah wali Allah, sebagaimana kata gurunya.
Tak hanya menikahi Rabi’ah, Ahmad juga menikahi tiga wanita shalihah lainnya
semata-mata sebagai sarana taqarrub kepada Allah. Rabi’ah memperlakukan
Ahmad dengan baik. Ia biasa memberikan makanan-makanan yang lezat kepada
suaminya itu sembari berkata, “Pergilah dengan aktivitas dan tenagamu kepada
para istrimu.” (Thabaqat al-Awliya’, hlm. 26).
Ikhtiarlah, jangan bepangku tangan.
Karena menikah itu ibadah dan berusaha untuk menunaikan ibadah itu adalah
ibadah juga.
Ikhlaslah, jodoh itu di tangan
Allah. Sungguh, sebagian kalian mungkin sudah merasakan keajaiban bagaimana
Allah mengatur perkara jodoh ini. Dia punya rencana-Nya sendiri untuk memasangkan
kita dengan salah satu dari 7 milyar manusia. Banyak-banyaklah berdoa agar
Allah merizkikan pada kita pasangan yang menentramkan hati (qurrota ‘ayun)
Last but not least, sebagai seorang muslim yang
dipersaudarakan oleh darah aqidah tentunya kita mesti saling menolong urusan
satu sama lain, bukan begitu? Termasuk untuk urusan yang disebut ‘setengah
agama’ ini.
Bagi yang sudah menikah tentu bisa
membantu mencarikan pasangan untuk teman-temannya yang hendak menikah. Suami
bisa menanyakan ke istrinya siapa teman-teman istri yang sudah siap untuk
taaruf lalu dikenalkan ke teman suami yang lagi mencari pasangan. Begitu juga sebaliknya. Jadi, pasutri jangan cuek bebek aja lihat
temennya ‘menyendiri’ ulurkan tangan untuk membantunya menemukan pasangan
hidup.
Sebagai penutup mungkin perlu saya
tekankan lagi bahwa lika-liku mencari pasangan hidup mesti kita jalanin sesuai
dengan perintah Allah swt, apalagi menikah itu sendiri adalah perintah Allah,
masa proses menuju ke sana tidak sesuai dengan perintah-Nya?
6 comments
dan terkadang ada jalan yang tak terduga...
REPLYJaman yang berbeda, bikin pemikiran juga makin maju. Tapi yang penting selalu ingat apa yang Allah perintahkan. Salam :)
REPLYBener banget! :)
REPLYpantaskan diri utk sang jodoh yang terbaik sampai masanya tiba, yakin bahwa jodohmu tak kan tertukar :)
REPLYAh, membahas jodoh, masih jauh sekali umurku utk menuju kesana. Terimakasih atas pengetahuannya ya, kak!
REPLYBtw, baca nama kakak, aku keingat sahabatku yg di Jakarta yg namanya juga Frida. :3
Mumpung masih jauh dek, siapin ilmu dari sekarang. Ilmu apa ya? Hm... kalau kamu muslim penting untuk ngerti batas-batas interaksi antara pria dan wanita dalam Islam. Ini akan kepake dalam proses menuju ke sana dan mempertahannkan rumah tangga. :)
REPLYOhya? Padahal nama Frida itu jarang loh. Btw, thanks for reading my post.