Thursday, February 6, 2014

Oleh: Tomasz P. Szynalski
Diterjemahkan oleh: Frida Nurulia

Mitos ini adalah versi yang lebih umum dari mitos tentang "aksen bahasa asing"  ditulis pada artikel sebelumnya. Mitos ini berakar dari Hipotesa Periode Kritis yang diajukan oleh Eric Lenneberg tahun 1967.

Lenneberg mengatakan bahwa bahasa ibu (bahasa pertama) harus dikuasai sebelum seseorang mencapai usia puber (sekitar 12 thn). Setelah mencapai masa puberitas, Lenneberg mengklaim, terjadi perubahan susunan syaraf di otak dan membuatnya tidak mampu untuk menguasai sebuah bahasa dengan menyeluruh. Untuk mendukung hipotesa ini, Lenneberg menunjuk contoh beberapa anak yang terisolasi dari orang lain sehingga tidak bersentuhan dengan bahasa ibu mereka sampai usia baligh. Anak-anak ini terus-menerus melakukan kesalahan tata bahasa, tidak peduli berapa lama mereka berusaha mempelajari bahasa tersebut.

Hipotesa metode kritis ini telah disamaratakan untuk kasus bahasa kedua atau bahasa asing. Hal ini melahirkan pernyataan seperti: "Kalau tidak belajar bahasa Inggris dari kecil, kamu tidak akan mahir grammar-nya". Hal ini membuat pembelajar bahasa mengkambing-hitamkan kesalahan yang mereka lakukan sebagai permasalahan syaraf dan mematahkan semangat mereka untuk memperbaikinya.


Faktanya

Kecakapan tata bahasa lebih dipengaruhi oleh seberapa banyak input yang kamu miliki daripada seberapa dini kamu mulai belajar.

Contohnya: Saya lahir di Polandia dan mulai ikut kelas bahasa Inggris pada umur 6 tahun.  Meskipun umur saya masih muda (dimana menurut teori akan memudahkan saya belajar dengan sangat cepat), saya tidak mampu untuk menguasai bahasa Inggris. Setelah 9 tahun ikut kelas bahasa Inggris pengetahuan saya tentang tata bahasa sangat terbatas dan saya sering melakukan kesalahan gramatika. Akhirnya, pada umur 15 tahun saya mulai belajar bahasa Inggris dengan serius - membaca buku, menggunakan software bahasa, kamus dan lainnya.

Menurut banyak ahli bahasa saya telah melewati masa kritis pembelajaran bahasa, namun coba tebak - saya malah membuat kemajuan yang fantastis. Saya belajar lebih cepat dibanding sebelumnya ketika kecil. Dalam 2-3 tahun Saya sudah berhasil menguasai tata bahasa, pengucapan dan kosakata seperti penutur asli.

Sekarang, bahasa Inggris saya hampir menyamai penutur asli. Tulisan saya alami dan tanpa kesalahan. Setelah beberapa hari berlatih percakapan, aksen saya tidak dapat dibedakan dari penutur asli Amerika. Ketika saya pergi ke California musim semi ini, saya bertemu beberapa orang yang tidak percaya bahwa saya bukan orang Amerika asli sampai saya tunjukkan paspor Polandia saya.

Kadang-kadang saya masih melakukan kesalahan (dan saya selalu sadar hal ini), namun ini tidak menggangu saya, karena saya punya alasan untuk percaya bahwa hal itu akan segera hilang jika saya terus berlatih bicara dalam bahasa Inggris di kehidupan sehari-hari.


Saya 25 tahun dan saya yakin saya mampu untuk menguasai bahasa Eropa lainnya seperti halnya saya menguasai bahasa Inggris (tapi saya tidak yakin untuk Mandarin dan bahasa non-Eropa lainnya). Berdasarkan pengalaman, saya yakin bahwa saya tidak akan pernah terlalu tua untuk menyerap berbagai hal dari tata bahasa Prancis atau Jerman. 

Sumber: Antimoon
Baca juga mitos-mitos lainnya di label "Mitos Bahasa"

15 comments

Soooo inspiring, Mbak...
saya lho nggak bisa ngebedain mana aksen Amerika n mana aksen British, maen embat aja semua. hehe

REPLY

Jadi, untuk anak2 enaknya diajarin bahasa Indonesia dulu sampe mahir atau barengan sama bahasa asing ya mak?

REPLY

wah lahirnya di polandia, berarti bisa bahasa polandia kamu mbak?

REPLY

Pak Fandhy, ini tulisan terjemahan ><;

Saya orang Indonesia Asli.

REPLY

Kalau ada kesempatan belajar bahasa Asing sejak kecil itu bagus, tapi bukan berarti kita yang udah tua (#uhuk) ini gak bisa belajar seperti anak-anak. :)

Ohya untuk anak-anak ortunya mesti peka juga, ada anak yang bingung bahasa ada yang tidak ketika diajarkan bahasa Asing. Jadi, tergantung anaknya gimana.

REPLY

Tonton serial Pride Prejudice versi BBC dan Sherlock buatan BBC deh mbak, nanti pasti ngerasa beda aksennya dengan film holiwud. ;)

REPLY

intinya kita harus percaya dengan kemampuan diri sendiri, walaupun yg mematahkan semangat belajar itu para pakar sekalipun ya mba..

REPLY

Saya gak bisa bahasa inggris,.litle sangaaaat hahhaha

REPLY

Hi sista, I am also from English Department, but focusing in Education. I am so into it having a friend from mutual discipline, be and english speaker is not difficult, but easy as long as we want, just it and not all the expert that we should follow their theory.

Even though I wasn't born from other country or having foreigner family, my english is good and sounds like a native too.

Salam kenal yah mba ^^

REPLY

Hi! Nice to meet you.

Anak universitas Muhammadiyah Makasar ya? ;)

REPLY

Bolehkah saya berkenalan dengan mba Aisyah saya seang meneliti Native-Like dari Indonesia, kalau tidak keberatan saya ingin speak2 inggris via phone :)

REPLY

Bolehkah saya berkenalan dengan mba Aisyah saya seang meneliti Native-Like dari Indonesia, kalau tidak keberatan saya ingin speak2 inggris via phone :)

REPLY

Nice post mba! saya jg inggris acakadut tp pede jaya :P nah anak saya nih yg umur 7 thn pede ngomong inggris, waktu 3-4 thn acakadut bgt tp makin kesini makin lumayan. Baca post ini jadi pengen belajar inggris yg bener nih :D

REPLY

Cerita-cerita Frida Designed by Frida Nurulia