Hiruk Pikuk Koalisi H+1
Oleh: Frida Nurulia*
Tadi malam partai pemenang pemilu versi quick count,
PDI-P, mengadakan rapat hingga tengah malam untuk membahas ‘gotong royong’
alias koalisi. Dengan perolehan suara yang tidak sampai 20% PDI-P tidak bisa
maju sendiri. Dengan siapakah mereka akan koalisi? Tentunya masih ra-ha-sia,
kita gak tahu. Tapi kalau kita baca berita terkait geliat parpol sejak sebelum
pemilu sampai saat ini kita bisa mengira-ngira siapa akan merapat pada siapa.
Sejauh ini partai yang sudah merapat ke PDI-P ada tiga. Pertama,
PAN soalnya Hatta Rajasa sebelum pemilu sudah ‘silaturahmi’ dengan PDI-P.
Silaturahmi ini dihadiri oleh Puan Maharani dan 6 elit partai banteng tersebut.
Kedua, PKB, tadi malam di MetroTV PKB bilang kapok koalisi
dengan partai Islam. Ketika ditanya Najwa alasannya, mereka bilang karena kasus
pelengseran Gus Dur dulu. Aih, masih dendam rupanya, waktu 10 tahun tidak cukupkah
untuk mengobati luka? Nah, dari kode-kode yang dilemparkan sepertinya PKB akan
koalisi dengan partai nasionalis. Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen
Indonesia (Formappi), Sebastian Salang membaca bahwa PKB cocok untuk koalisi
dengan PDI-P. PKB sendiri telah mengusung Rhoma Irama, Mahfud MD, dan Jusuf
Kala sebagai icon. Dari tiga nama ini saya lihat peluang terbesar ada di Mahfud
MD untuk dipasangkan dengan Jokowi. Dari sisi umur, beliau paling muda (56 thn)
juga berpengalaman di dunia politik Indonesia, dikenal jujur dan tegas.
Ketiga, Nasdem, ini masih menurut Sebastian. Saya pun
berfikir begitu, soalnya Surya Paloh kan keluar dari Golkar gegara kalah dari
Bakrie pas pemilihan ketum Golkar beberapa tahun lalu. Surya Paloh terlihat gak
pernah sreg sama Abu Rizal, hal ini terlihat dari nada pemberitaan MetroTV
ketika memberitakan Bakrie atau Golkar. Jadi sepertinya Nasdem akan merapat ke
PDI-P. Walaupun begitu Golkar sudah terang-terangan mengundang Nasdem untuk
koalisi dengannya. Siapakah yang akan dipilih? Bagaimanapun dalam politik
praktis sekarang tidak ada musuh atau teman yang abadi, hanya manfaat dan
kepentingan yang abadi. :p
Sekarang, mari kita bahas Golkar. Golkar udah buka pintu
untuk Gerindra dan Nasdem. Alasannya karena kedua pimpinan partai tersebut
adalah mantan petinggi Golkar. Tapi, seperti yang saya bilang sebelumnya, besar
kemungkinannya Nasdem ke PDI-P. Sementara Gerindra, perolehan suaranya cukup
besar (juara 3 dengan 11% suara). Kalau dia masih keukeuh untuk mengusung
Prabowo jadi presiden, Gerindra gak akan koalisi dengan partai yang lebih besar
dari dia, tapi sebaliknya, ngajak gabung ke partai yang lebih kecil perolehan
suaranya. Demokrat kah? Bisa jadi, berhubung Demokrat kecil kemungkinan gabung
dengan PDI-P. Apalagi beda suara Gerindra-Demokrat gak begitu signifikan,
sehingga lobi-lobi politiknya bisa lebih maknyus. Eh, tapi masih ada
kemungkinan Demokrat ke Golkar lho.
Baik koalisi dengan Gerindra atau Golkar, kecil kemungkinan
Demokrat mengusung capres. Jadi, bisa jadi hasil konvensi Demokrat nanti
ujung-ujungnya untuk cawapres, bukan capres. Tapi, ini semua masih tergantung
siapa yang bakal menang konvensi. Kalau orang yang menang konvensi
elektabilitasnya melebihi elektabilitas Demokrat (seperti Jokowi yang elektabilitasnya
melebihi PDI-P) maka bisa saja Demokrat tetep ngajuin capres. Tentunya dengan
perolehan suara yang dibawah 10% partai yang digandeng mesti banyak.
Sekarang, kita yang cuman rakyat kecil ini tinggal nyediain
camilan dan kopi sambil mengamati hiruk pikuk koalisi menjelang pemilu presiden
nanti. Gak perlu terlalu berharap para elit lebih mengedepankan kepentingan
rakyat dibandingkan partainya. Gak perlu berharap mereka lebih memikirkan untuk
menepati janji kampanye kemarin dibanding koalisi. Gak perlu berharap partai
Islam yang kemarin koar-koar ‘hati-hati sama orang kafir dan syiah masuk
parlemen’ gak akan koalisi dengan kelompok yang mereka caci maki.
Gak ada teman atau lawan yang abadi selama berpolitik tanpa ideologi.
Mari kita yang kecil ini membenahi diri dan ikut mengkoreksi siapapun yang akan
memimpin kita nanti. Karena itu kewajiban kita, dan hak mereka untuk diawasi
dan dikoreksi.
*Penulis cuma ibu rumah tangga biasa yang kebetulan rajin mantengin berita politik. :p
6 comments
Ibu-ibu rumah tangga sekarang suah cerdas-cerdas ya mak, politik pun kita gak mau ketinggalan menyimak :) salam kenal...
REPLYHehe, iya dong. Mesti melek politik biar gak ditipuin politisi mulu. ;)
REPLYSaya juga IRT yg suka pusying Kalo liat berita politik mak..hihi setuju ambil kopi n cemilan trus nyimak TV:)
REPLYBiar pusing yang penting tahu apa yang terjadi. :)
REPLYbener bener....analisis luar biasa.....
REPLYsekarang tinggal petinggi2 partai...rakyat hanya bisa menunggu siapa yang akan diusung partai
saya kalo soal berita politik puyeng mbaa...mendingan ngeblog aja deh ato nulis2 resep. Slm kenal deh via blognya.. oya saya udah nunggu luama bgt mb difolbek :) Penginnya smua anggota KEB kenal..hehehe.Peace ya.
REPLY