Wednesday, May 15, 2013


Dalam sebuah pertemuan Akademi Bercerita saya ditugaskan untuk mencari antonim kata, merenungkannya dan menuliskannya. Saya pun memilih kata alam untuk dipikirkan apa antonimnya dan merenungkan mengapa kata itu dinobatkan sebagai antonim.

Apa antonim dari Alam? Saya pikir dalam bahasa Indonesia tidak ada lawan kata yang pasti untuk alam. Dalam bahasa Inggris juga begitu, ketika saya melihat kamus digital Merriam Webster ternyata tidak ada entri ‘antonym’ untuk kata ‘nature’ namun adanya ‘near antonym’. Entri ‘near antonym’ itu diisi dengan kata ‘nothingness’ dan ‘void’ yang dua-duanya bearti ‘kekosongan’ mungkin ini karena salah satu definisi nature adalah essence.

Sayang KBBI daring tidak dilengkapi dengan entri sinonim dan antonim seperti Merriam Webster jadi kita tidak tau secara etimologis kata ‘alam’ berantonim dengan kata apa (yah setidaknya yang mendekati).

Setelah berfikir keras sejenak di Wahana Penulis kemarin yang muncul di kepala saya kata ‘manusia’. Hm, kenapa kata ini yang muncul? Alam bawah sadar saya mungkin menyimpan asumsi bahwa manusia adalah penyebab utama alam itu rusak. Pemikiran ini gak mungkin muncul tiba-tiba kalau gak ada faktanya. Sekarang, di banyak tempat itulah yang terlihat. Alam yang rusak karena perbuatan manusia. Jadi  teringat terjemahan surat ar-rum 41 yang berbunyi:

Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) [TQS: Ar-Rum: (41)]

Manusia memanfaatkan alam untuk hidup, jadi harusnya alam dan manusia bisa hidup berdampingan dengan baik. Dalam al-Quran juga termaktub bahwa alam yang Allah kasih akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh makhluk hidup. Ini jaminan Allah loh. Hanya saja manusia sekarang memanfaatkan alam bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya tapi juga untuk memenuhi keinginannya. 

Sayang Allah gak menjamin bahwa alam ini bakal cukup untuk memenuhi seluruh keinginan manusia. Karena keinginan manusia gak terbatas. Rosul bahkan pernah bilang keinginan atau angan-angan manusia itu melampaui umurnya/ajalnya. Di Quran juga ditulis kalau yang menghentikan nafsu manusia cuma tanah kuburnya[1]. Sad but true. Kalau kita melihat sekeliling atau bahkan diri kita sendiri kita akan membenarkan hal itu. Bukankah apa yang kita beli, miliki dan pakai selama ini sebagiannya gak benar-benar kita butuhkan? Minimal kita berangan-angan untuk memiliki lebih dari yang kita butuhkan. Saya tidak terkecuali.

Di sisi lain manusia memiliki pilihan dan kuasa untuk menjaga alam. Kalo bahasa Qurannya sih ‘menjadi khalifah di muka bumi’ yang salah satu tugasnya adalah menjaga bumi. Manusia diberikan hawa nafsu, tapi juga dititipin akal untuk berfikir dan mengelola hawa nafsunya. Jadi sebenernya kalau mau ya bisa aja kita bersahabat baik dengan alam, khususnya bumi tempat kita tinggal. Semoga kelak manusia bukan lagi jagi antonimnya alam namun menjadi kata yang sejajar dengannya dan menggandeng kata tersebutt dengnan kata sambung ‘dan’ bukan ‘versus’.

Last, izinkanlah saya mengutip satu ayat lagi untuk kita renungkan:

Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kalian merusak di bumi,” mereka menjawab: "Sesungguhnya kami (adalah) orang yang membangun." [TQS: al-Baqarah: 11]




[1] Lihat surat At-Takasur di juz 30

Cerita-cerita Frida Designed by Frida Nurulia