Friday, May 24, 2013


Bahasa Arab bagi orang Indonesia adalah bahasa asing namun dekat. Disebut asing karena bahasa utama kita adalah bahasa Indonesia dilengkapi dengan bahasa daerah sebangai bahasa kedua. Disebut dekat karena dalam kehidupan sehari-hari orang Indonesia yang muslim menggunakan bahasa Arab minimal 5 kali, yaitu dalam salat. Akan tambah sering lagi kalau ditambah shalat sunnah dan tilawah.


Walaupun dekat, bahkan dekatnya dalam ruang-ruang sakral, banyak dari muslim Indonesia yang tidak merasa penting untuk belajar bahasa Arab. Kalau dipikir lucu juga, kita berdialog dengan Allah tapi gak tau apa aja sih yang kita bicarakan dengan-Nya padahal sehari bisa sampai lebih dari lima kali ‘ngobrol’.

Lebih dari seratus tahun yang lalu RA Kartini pernah berkomentar tentang kondisi ini dalam suratnya pada Stella Zihandelaar yang tertanggal 16 November 1899:

“Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca (Al-Qur’an, -pen) tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.”
Juga celetukan Diego Miguel dalam acara “Don’t Tell My Mother” di saluran kabel National Geographic dalam episode yang meliput Pakistan “Kenapa kalian (muslim) menghapalkan sesuatu padahal gak tau artinya” lalu dijawab oleh seorang ustadz “Ya, Al-quran itu keajaiban. Tanpa tau artinya pun anak-anak (pesantren) di sini bisa menghapal 30 juz nya”

Komentar RA Kartini dan Miguel ada benarnya. Jika kita pikirkan lagi tentang ini kita mungkin heran kenapa mayoritas orang merasa santai saja atas kebutaannya terhadap bahasa Arab, padahal bahasa Arab dan kegiatan ibadah sangat erat. Kadang, kita gemas dan bete ketika menonton video (yang menurut kita) penting di Youtube dalam bahasa asing dan tidak ada subtitelnya. Kenapa kita bisa merasa demikian untuk hal-hal lain padahal dalam sholat kita cuek saja komat kamit tanpa paham?

Sikap muslim yang seperti itu disebabkan ketidaktahuannya bahwa ia harus tahu. Ketika kecil kita terbiasa melihat orang tua, guru ngaji dan teman-teman kita tidak bisa bahasa Arab sehingga kita merasa hal itu wajar. Sikap yang dimiliki mayoritas orang kecenderungannya memang dianggap wajar. Apalagi didukung dengan sikap negara yang sekuler. Tidak ada kan, pelajaran bahasa Arab di sekolah umum. Dalam pelajaran Agama juga tidak pernah didorong untuk mengerti bacaan sholat kita. Ujian agama hanya hapalan saja.

Namun, seiring dengan perkembangan dakwah Islam di Indonesia. Maraknya kajian keislaman dan halqah-halqah kesadaran muslim Indonesia untuk bisa bahasa Arab semakin tinggi. Minimal udah ada kepengenan bisa.

Alhamdulillah, sekarang sudah banyak penerbit yang menerbitkan Al-quran dengan terjemahan per kata dan per frasa, melengkapi terjemahan per Ayat yang sudah populer sebelumnya. Dengan Al-Quran jenis ini kita bisa mulai belajar bahasa Arab, walau baru kosakatanya saja. Jika tekun dan konsisten insya Allah kosakata bahasa Arab kita akan bertambah.

Kaya kosakata bahasa Arab memang tidak akan menjadikan kita bisa bahasa Arab secara otomatis. Namun hal itu akan sangat membantu ketika kita belajar tata bahasa Arab yang biasa disebut nahwu dan sharaf.

[Bersambung]

Cerita-cerita Frida Designed by Frida Nurulia