Tuesday, October 8, 2013

Banyak orang yang berfikir bahwa hidup di luar negeri akan secara otomatis membuatnya menguasai bahasa negara tersebut dengan baik. Mungkin orang yang terlihat paling mempercayai "common-sense truth" ini adalah para orang tua di Eropa yang rela membayar mahal untuk mengirimkan anaknya ke sekolah bahasa di Inggris, berharap mereka akan kembali dengan bahasa Inggris yang lancar.

Faktanya

Banyak Imigran di Amerika yang tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik, bahkan setelah hidup di AS selama 20 tahun. Banyak dari mereka melakukan kesalahan dasar yang sama selama beberapa dekade - contoh, bertanya dengan kalimat "He make tea?" daripada "Did he make tea?" atau mengucapkan "I help you" daripada "I will help you". Banyak dari mereka yang berbicara dengan aksen daerah yang kental sehingga membuat orang lain dengan mudah menggolongkan mereka sebagai Asian, Latinos, Russians dan lainnya.

Contoh lain adalah TKI di Arab Saudi yang tinggal bersama penutur asli selama beberapa tahun namun, setelah kembali ke Indonesia hanya menguasai beberapa frasa bahasa Arab saja.

Alasan para imigran tidak memperbaiki tata bahasa dan pengucapannya adalah sedikitnya tekanan untuk melakukan hal tersebut. Orang lain dapat memahami mereka terlepas dari kesalahan yang mereka lakukan (walau kadang dengan susah payah) dan penutur asli biasanya terlalu sopan untuk mengkoreksi kesalahan mereka. Untuk kasus TKI, mereka hanya dituntut menyelesaikan pekerjaan rumah tangga majikannya dengan baik dan sang majikan bisa menyuruh dengan menggunakan bahasa isyarat dan beberapa kalimat perintah saja. Walaupun dalam kehidupan sehari-hari para TKW mendengar majikan bercakap-cakap dalam bahasa Arab hal itu tidak membuat mereka otomatis mengerti. Karena untuk memahaminya butuh pengetahuan dasar sebagai modal.

Contoh imigran di Amerika Serikat dan TKI di Arab Saudi menunjukkan kenyataan yang mengagetkan bagi pembelajar bahasa bahwa: hidup di luar negeri tidak akan secara otomatis membuatmu berbicara bahasa negara itu dengan baik. Tinggal di luar negeri tidak akan memaksamu untuk mempelajari tata bahasa yang baik, pengucapan yang benar, atau kosakata yang luas, karena kamu dapat berbicara tanpa semua itu dalam kehidupan sehari-hari. Contoh, kamu dapat berbicara dalam bahasa Inggris tanpa menggunakan artikel ("Give me apple", "watch is not good") dan tetap bisa belanja di Amerika atau Inggris tanpa dapat banyak masalah.

Hidup di luar negeri hanya akan memaksamu untuk mempelajari apa saja yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Yaitu, kemampuan untuk mengerti bahasa sehari-hari, percakapan untuk bertanya arah dan ngobrol sedikit dengan teman kerja atau teman kuliah. Sisanya akan tergantung padamu, tergantung pada motivasi dan kemampuan untuk belajar - hal itu berarti kamu tidak akan jauh lebih baik daripada seseorang yang belajar bahasa asing di dalam negerinya sendiri.

Sebagai tambahan, tinggal di luar negeri akan sering memaksamu untuk mengatakan kalimat-kalimat yang salah, karena tinggal di sana memaksamu untuk selalu berbicara, walaupun dengan membuat banyak kesalahan. Ketika kamu berada di luar negeri, kamu tidak dapat memutuskan untuk jangka waktu tertentu kamu berhenti berbicara dengan orang dan fokus pada latihan menulis (yang akan membuatmu belajar tata bahasa dengan lebih baik dibandingkan dengan berbicara, karena kamu punya waktu sebanyak yang kamu butuhkan untuk mengecek kebenaran sebuah frasa di Web atau kamus). Di luar negeri kamu tetap harus bicara, karena hidupmu tergantung pada aktivitas ini.

Dengan membuat kesalahan dalam berbahasa kamu sedang membangun kebiasaan yang buruk. Setelah dua tahun terbiasa menggunakan "He make tea?", akan sangat susah untuk mulai bicara dengan benar. Penting untuk diingat bahwa penutur asli tidak akan mengoreksi kesalahanmu. Alih-alih, mereka akan bersikap sopan dan mencoba mengerti ucapanmu, no matter how bad your grammar is.

Kesimpulan

Ketika pergi ke luar negeri terlihat sebagai cara yang pasti untuk menguasai bahasa asing, kenyataannya tidaklah demikian. Tanpa motivasi yang cukup kamu akan belajar sangat sedikit dan sangat mungkin berujung pada bicara dengan bahasa yang dapat dipahami tapi banyak kesalahannya. Di sisi lain, jika kamu memiliki motivasi yang kuat, kamu bisa menghidupkan lingkungan berbahasa asing di rumahmu  dibantu dengan program TV berbahasa asing dan internet. Lingkungan seperti ini lebih aman, karena tidak akan memaksamu berbicara dan terbiasa membuat kesalahan tanpa sengaja. Malah, kamu dapat belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuanmu, fokus pada pengucapan yang benar, menambah input dan belajar menulis sebelum mulai berbicara.

Walaupun begitu, pergi ke luar negeri tetap ada untungnya seperti:

  • Mudah mendapatkan penutur asli yang bisa diajak ngobrol untuk latihan (tapi kamu juga bisa mendapatkan penutur asli bahasa asing di dalam negeri, atau bisa juga ngobrol dengan teman yang sedang belajar bahasa asing yang sama)
  • Kamu punya kesempatan besar untuk meyempurnakan kemampuan mendengar (mencoba mengerti Bahasa Arab di Al-Jazeera tidak sama dengan mencoba mengerti perkataan penjaga toko di Mekkah)
  • Kesempatan untuk mempelajari bahasa sehari-hari yang berguna namun tidak terlalu sering muncul di TV atau film. (Contoh dalam bahasa Arab: yalla-yalla, shahten; contoh bahasa Inggris: carpool, deli)


Jika semua hal dipertimbangkan, belajar di dalam negeri adalah pilihan yang  lebih aman (dan murah) daripada pergi ke luar negeri, dengan asumsi kamu dapat memotivasi dirimu sendiri dan punya teman untuk berlatih bicara dalam bahasa yang sedang kamu pelajari. Setelah kamu menguasai bahasa asing dengan cukup lancar, kamu boleh pergi ke luar negeri untuk memoles kemampuan mendengar dan menambah tabungan kosakata yang mirip penutur asli.

(Disadur dengan banyak pengubahan dari Antimoon.com)

Baca mitos selanjutnya:
"Cara Terbaik Belajar Bahasa Asing adalah Dengan Berlatih Bicara"

2 comments

Setujuuuu maaak...saya menghabiskan 25 tahun pertama saya di Indonesia dan belajar bahasa Inggris di Lampung sebelum punya kesempatan ke luar negeri...dan please, orang Indonesia di luar negeri kebiasaan selalu kumpul dengan orang Indonesia jugaaa...mungkin karena nyaman yaa...tapi hasilnya adalah bahasa asing yang dipakai jadi tidak terlalu terasah, termasuk mereka yang belajar dan bekerja di luar negeri sekalipun..well, itulah fenomenanya..jadi balik ke kita sendiri deeeh...mau jagoan bahasa asing, ya belajar dan praktikkan...wherever you are :D..

REPLY

Bapak saya pun gitu, pas harus ikut short course di Aussie dari kantornya, di sana ngumpulnya sama orang Indonesia juga. Emang nyaman kayaknya. :)

REPLY

Cerita-cerita Frida Designed by Frida Nurulia