Friday, October 30, 2015

Sebelum menikah saya pernah membaca tentang seorang suami yang mengalami morning sickness ketika istrinya hamil, lucunya sang istri sendiri malah gak merasa mual-mual sama sekali. Bagi saya cerita itu lucu dan aneh, makanya saya inget. Tapi gak pernah terpikirkan bahwa hal yang mirip akan terjadi pada suami saya.

Kehamilan Empatik

Yes, laki-laki juga bisa hamil lho. Tapi bukan hamil beneran, hanya kehamilan empatik. Artinya dia merasakan gejala kehamilan seperti halnya perempuan walaupun gak ada janin dalam perutnya – orang rahim aja gak punya, hehe.

Kehamilan empatik ini dialami oleh sebagian suami dengan gejala yang beda-beda. Ada yang mual-mual walau istrinya gak mual. Ada juga yang seperti suami saya, dia memimik apa yang saya rasakan.

Saya mual dia mual, saya gak enak badan dia juga, bahkan saya kram dia ikutan kram. Untung pas saya pendarahan dia gak ikutan pendarahan juga. Ketika mual-mual saya masih parah di trisemester pertama suami juga mual sampai gak sanggup pergi kuliah dan bed rest bareng saya. Kita berdua tergeletak di tempat tidur, lemas. Untunglah dia gak sampai muntah-muntah, cuma mual-mual dan pusing aja. Ohya, yang lebih ajaib lagi pas saya bed rest di rumah ummi saya di kampung dan suami tetap di Tangsel dia tetep ketularan gejala hamil saya. Sempet terlintas dalam kepala jangan-jangan kami sebenarnya adalah saudara kembar! Haha, mustahil. Inimah sinetron mode: ON. Lucunya dia malah bilang “Kamu kok ngikutin saya sih?” Lah… kebalik kaliiii.

Untungnya gejala ini hilang timbul di diri suami. Kebayang kalau dia bener-bener seperti saya yang secara konsisten selama kurang lebih tiga bulan mual-muntah. Bakal kacau dunia persilatan, kerjaan suami bakal gak beres. Dan gak bakal ada yang bisa ngurus rumah (nyuci piring, nyuci baju dll), karena saya harus total bed rest.

Suami bersama anak jalanan


The Culprits

Menurut buku "What to Expect When You’re Expecting" kehamilan empatik pada suami ini sepenuhnya normal, bukan sesuatu yang aneh. Sebagian laki-laki yang tidak membicarakannya, bukan berarti mereka tidak mengalaminya. Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan ini terjadi.

Pertama, psikologis. Rasa kasih sayang seorang suami terhadap istrinya bisa membuat alam bawah sadar memerintahkan tubuh untuk mengalami hal yang mirip dengan gejala kehamilan istri. Makanya gejala kehamilan yang dialami laki-laki ini dinamakan kehamilan empatik/ gejala simpati. Saya jadi ingat lirik lagunya Joy Tobing “Semua… karena cinta”. #Uhuk

Selain itu bisa juga disebabkan oleh kegelisahan dicampur dengan perasaan excited akan menjadi ayah. Jadi ketika menyaksikan istri hamil, perasaan ini juga membuat sang suami merasakan gejala kehamilan juga.

Kedua adalah faktor hormonal. Percaya gak sih bahwa bukan hanya hormon perempuan yang bergejolak ketika dia hamil, namun hormon suami juga ikut bergejolak. Percaya gak percaya, penelitian menunjukkan hal demikian.

Jadi, laki-laki memiliki hormon perempuan yang bernama estradinol dalam jumlah yang sangaaat sedikit dalam tubuhnya. Nah, hormon ini meningkat ketika sang istri hamil. Peningkatan jumlah hormon ini membuat intsting atau naluri kebapakan laki-laki menguat. Sehingga laki-laki akan siap menghadapi tangisan bayi, mengganti popok dan lainnya.

Ohya hormon ini juga bisa membuat perut seorang suami agak membuncit dan berat badannya naik sedikit. Tapi tenang aja, ketika istri melahirkan perut buncitnya juga akan berangsur-angsur kempes.

Subhanallah, luar biasa bagaimana Allah yang maha pengatur menciptakan hal ini. Walau tidak ada kabel penghubung antara tubuh istri dan suami tapi Allah membuat kondisi fisik istri berpengaruh pada fisik suami. Amazing, right?

Berdamai Dengan Kehamilan Empatik

Setiap suami tentunya mengalami tingkatan kehamilan empatik yang beda-beda. Jika tidak menganggu ya, let it be. Itu alami dan normal. Namun, kalau sudah menggangu seperti kasus suami saya yang sampai sempet ikutan bed rest juga, hal ini bisa dilakukan:

Ngobrol. Katakan pada suami bahwa kita baik-baik saja dan dia tidak perlu terlalu khawatir. Pas trisemester pertama saya bilang ke suami gini, “Mas, saya tahu kamu sayang sama saya. Tapi kamu yang sehat ya, itu akan lebih membantu saya saat-saat ini. Saya lebih tenang kalau kamu sehat.” Dan kalimat-kalimat lainnya yang gak perlu ditulis di sini (nanti pada muntah pelangi, huehe). Besoknya suami gak mual-mual lagi. Wow. Tapi ya gitu, gejalanya masih hilang timbul walau gak separah pas di awal saya hamil. Inget, faktor penyebabnya bukan hanya psikologis tapi juga hormonal. Ketika faktor psikologis bisa diatasi masih ada faktor hormonalnya.

Sebenernya saya sering merasa lucu sih, dan sering ngetawain suami pas lagi kumat. Misalnya pas dia ketularan kram, saya terkekeh kekeh ngeliat ekspresinya.

Lalu, gimana kalau suami gak mengalami sedikit pun gejala kehamilan empatik? Apakah dia gak cinta? Apakah naluri kebapakannya gak ada?

Tenang… tenang… ketika suami tidak mengalami gejala kehamilan empatik kita tidak bisa menuduhnya tidak cinta atau tidak punya naluri kebapakan. Ingat, setiap tubuh manusia itu berbeda. Bagaimana alam bawah sadar merespon sesuatu, bagaimana tubuh merespon perubahan hormon itu berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.

Ibu hamil aja ada yang gak mual-muntah sama sekali kan? Atau tidak mengalami gejala kehamilan lainnya yang umum terjadi. Ibu-ibu tersebut tentunya tetep punya naluri keibuan terhadap anaknya dan tetep jadi ibu yang baik. Setiap kehamilan berbeda, dan setiap suami berbeda pula meresponnya.

Bisa juga, suami gak sadar mengalami gejala kehamilan empatik. Misal, dia pikir dia masuk angin sehingga mual-mual atau dia pikir kebanyakan makan sehingga jadi buncit padahal ada faktor hormon juga di dalamnya.

Hal yang terpenting, baik mengalami gejala kehamilan empatik atau tidak setiap suami wajib jadi suami siaga. Enjoy your pregnancy, moms!



4 comments

Wah aku baru tau kalo ada kehamilan suami seperti itu. Suamiku jg selama hamil perutnya jd buncit apa karena faktor hormon itu kali ya :D

REPLY

Oh jadi namanya kehamilan empatik, aku baru tau tentang istilah "rasa-rasa kehamilan yg dialami oleh suami" X)

REPLY

saya sering juga bilang, coba ayah yang ngerasain kayak gini (morning sickness), eh dia jawab, trus sapa yang ngurus ibu..., bener juga...hahaha

REPLY

Alhmdllh...sebelum saya tau bahwa saya hamil..suami udah ngidam duluan... 3 minggu kemudian baru test dan ternyata saya sudah hamil 4 minggu alhmdllh..tiada tara..

REPLY

Cerita-cerita Frida Designed by Frida Nurulia