Saturday, March 30, 2013

Tanggal 22 Maret 2013 lalu saya ikutan Seminar Riset Karya di TRYST'S kafe, Kemang Utara. Saya tau acara ini dari akun twitter @_PlotPoint yang jadi penyelenggara acaranya. Saya tertarik untuk ikut karena @_Plotpoint juga bikin kultwit tentang Riset Karya yang bikin saya mikir "Wah ni acara penting banget buat saya". Kamu bisa baca kultwit itu di sini dan di sini.
Kiri ke Kanan: Mas Tasaro, Mas Arif, Bang Rizal, Mbak Gina, Mas Hikmat 




Acaranya diisi oleh empat pembicara yang (awalnya) gak saya kenal, hehe. Mereka adalah Mas @arifz_tempo beliau redaktur eksekutif majalah Tempo, kedua Mas @JJRizal sejarahwan dari Komuntitas Bambu, yang ketiga Mas @TasaroWriter penulis buku "Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan" beliau tinggal di Sumedang loh, dan yang terakhir adalah editor in chief Plot Point yang juga penulis skenario "Habibie & Ainun": mba @GinaSnoer. Keren ya pembicara-pembicaranya? Dari embel-embel mereka aja saya udah yakin bakal dapet banyak hal kalau dateng ke Seminar Riset Karya. Acara ini dipandu sama mas @hikmatdarmawan bagi kamu yang pernah baca buku "123 Kutipan Film Oke" atau "How To Make a Comic" tentu kenal mas Hikmat, dia kan penulisnya.

Makanya meski jauh dan gak tau tempatnya dimana saya bela-belain buat dateng. Kebetulan daerah Kemang lumayan deket sama rumah bude di Cipete, jadi kalau kesorean saya bisa nginep. Plus plus, saya bisa sekalian mampir ke TBK Titan untuk belanja bahan Mousse Lemon, hehe. Jadi makin mantep deh buat dateng ke Seminar Riset Karya. :D

Sebelum ke TRYST'S kafe, siangnya saya nemenin ibu dulu ke Citos. Ibu mau nyari baju untuk mahasiswanya yang menang lomba. Ibu bener-bener kajur yang berdedikasi :) setelah itu kita makan deh. Abis makan saya dan ibu berpisah, saya naik kopaja ke Kemang, lalu nyambung naik bajaj dan naik bajaj lagi. Dua kali karena sempet nyasar heu...

Setelah sampe di Tryst's ternyata tempatnya udah penuh dan kursi yang kosong tinggal yang paling depan. :D
Walau saya telat ternyata acaranya mulai lebih telat, karena nunggu seorang pembicara yang belum hadir.

Acara dimulai dengan pemaparan Mas Arif tentang bagaimana dia menginsvetigasi kasus pembekuan uang Tommy Soeharto oleh bank BNP Paribas di Guernsey. Dari sebuah arsip surat dari Kementrian Hukum dan HAM tentang kasus Tommy yang didapatkan oleh wartawan Tempo, mas Arif dapet akses surat menyurat antara Kementrian Hukum dan HAM dan Pengadilan Guernsey. Dari arsip-arsip surat resmi yang dia dapatkan itu ditemukan keanehan-keanehan dalam proses pencairan uang Tommy oleh kementrian. Misalnya, tidak ditemukan laporan pembentukan rekening negara sebagai penerima uang.

Selanjutnya mas Tasaro bercerita bagaimana dia riset untuk buku biografi Muhammad dengan membaca semua sirah yang sudah ada, bahkan dia dibantu oleh editornya yang bisa bahasa Arab untuk memahami beberapa kisah dari bahasa Arab. Dari riset itu dia menyulam kisah Muhammad saw secara populer. Dia juga memberi nasihat untuk peserta yang ingin menulis fiksi, yaitu Obeservasi - Pengalaman - Imajinasi. Sayangnya menurut Mas Tasaro banyak banget penulis yang melewatkan langkah pertama, Observasi atau Riset!

Pembicara ketiga adalah mbak Gina S Noer, sang penulis skenario Habibie & Ainun. Mbak Gina rada beda pengalaman risetnya, dia ga riset dari arsip tapi dari wawancara orang-orang disekitar Habibie sampe pak Habibienya sendiri di Jerman. Hasil wawancara yang dia kumpulkan ada sekitar 26 bundel tulisan, masing-masing bundelnya sekitar 20-30 lembar. Itung sendiri tebelnya berapa hehe. Dari hasil penelitiannya dia bikin 5 versi skernario. Kenapa banyak banget? Karena sosok Habibie terlalu kompleks untuk digambarkan secara utuh dalam film yang durasinya kurang dari dua jam. Sebagai ilmuan dia unik, sebagai presiden, mentri, bahkan sebagai industrialis, Habibie selalu unik. Makanya dibuat 5 skenario film dengan pendekatan yang beda-beda. Setelah Mbak Gina selesai, stake holder filmnya rapat untuk memilih yang mana. Akhirnya yang terpilih adalah yang paling komersil diantara kelimanya, yaitu Habibie dengan pendekatan kisah cinta. :')
Mbak Gina bilang kalau dia diajarin dosennya untuk makan bubur panas dari pinggir sedikit demi sedikit, niscaya kita bisa makan bubur panas tanpa diaduk yang bikin susunann buburnya berantakan. Maksudnya dalam riset kita tentang seseorang, yang kita wawancarai adalah orang-orang terluarnya dulu baru sang tokoh utama diakhir.

Pembicara ketiga bang Rizal dari Kobam alias Komunitas Bambu. Bang Rizal cerita keseruannya baca Arsip. Dia cerita dari baca Arsip dia jadi tau bahwa Indonesia gak dijajah selama 350 tahun! Itu cuma politiknya Soekarno untuk membangkitkan rasa nasionalisme pemuda Indonesia dan mengusir Belanda yang mencoba datang lagi paska kemerdekaan. Belanda menjajah selama 350 tahun hanya di daerah Batavia, itupun Batavia zaman dulu yang besarnya cuma dari Ancol sampe Glodok. Cuma segitulah wilayah yang bener-bener dijajah selama 350thn lamanya. Sementara mayoritas daerah-daerah Nusantara lainnya baru jatuh ke tangan belanda abad 19. Bang Rizal juga cerita tentang kejatuhan VOC bukanlah karena korupsi seperti yang selama ini orang kira. Pada saat VOC hancur istilah korupsi belum ada. Jadi VOC hancur karena kekayaan VOC banyak ditilep oleh pegawainnya sendiri. :D Tapi itu belum seberapa dibandingkan masalah yang lebih serius. Ada faktor luar biasa yang meluluh lantakkan VOC lebih dari penilepan uang tersebut. Faktor itu adalah nyamuk! Betul, saya gak salah tulis... nyamuk. Batavia pernah terkena wabah malaria, sampai-sampai kota ini ditinggalkan saking parahnya. Semua ini diketahui dari membaca arsip-arsip sejarah. Tidak kalah menariknya mas Rizal cerita tentang asal usul Nyi Roro Kidul. Ternyata legenda Nyi Roro Kidul lahir pada masa kolonial, Nyi Roro Kidul sengaja diciptakan penduduk pribumi nusantara sebagai bentuk defensif apologetik atas kekalahan maritim kerajaan pribumi terhadap bangsa Eropa. Penduduk pribumi membuat cerita bahwa walaupun kapal-kapal kita kalah dari bangsa Eropa, penguasa laut selatan tetap pribumi yaitu Nyi Roro Kidul. Jadi tetep ada yang bisa dibanggakan walau di dunia nyata kalah. huuu......

Setelah narsum cerita tentang pengalaman risetnya dengan seru sesi dilanjutkan dengan tanya jawab. Lumayan banyak yang nanya. Mulai dari gimana kita mengecek keontentikan arsip, cara bisa dapet akses ke arsip tertentu dan saya gak inget sisanya hehe.

Overall acaranya seru banget, minusnya cuma gak ontime.

Yah begitulah secuplik cerita saya tentang seminar riset karya. Ayo temen-temen, kita serius bikin karya. Itu bearti mesti riset, baik itu riset arsip, wawancara atau yang lainnya. :)

foto tambahan bisa dilihat di sini, juga di sini.


Cerita-cerita Frida Designed by Frida Nurulia